Kesalahan HRD dalam Proses Perekrutan Karyawan
Rekrutmen (Recruitment)
merupakan hal yang rutin dilakukan oleh perusahaan yang mengalami pertumbuhan
yang prospektif. Selain untuk menyeimbangkan jumlah karyawan dalam perusahaan
dengan beban kerja yang meningkat, adanya rekrutmen juga berfungsi untuk
mendapatkan talenta atau bibit baru yang lebih kompeten dari yang sudah ada di
dalam perusahaan. Tujuan diadakan rekrutmen tentunya harus jelas dan dapat
dirasakan keberadaanya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam hal sumber
daya manusia yang berkualitas tinggi dan mampu meneruskan visi misi perusahaan.
Human Resource
Departement (HRD) atau yang lebih
dikenal dengan istilah Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang uraian
pekerjaannya yaitu menentukan dalam hal perekrutan karyawan dan dituntut untuk
mengetahui mengenai tipikal dan nilai kualitas calon karyawan yang akan
direkrut baik saat interview hingga ketahap berikutnya. Meskipun sudah sesuai
dengan kriteria dan prosedur yang dibutuhkan oleh perusahaan kesalahan pada
saat proses rekrutmen masih saja sering terjadi dikarenakan HRD yang kurang
kompeten dalam merekomendasikan calon karyawannya, masih sering terbawa
perasaan dan adanya idealisme pribadi yang kedepannya dapat mengakibatkan
buumerang dan berisiko terhadap perjalanan karir perusahaan.
Berikut kesalahan Human Resource Departement (HRD) yang sering terjadi dalam hal
merekrut karyawan, diantaranya sebagai berikut :
1.
Gagal Screening Kandidat yang Tepat
Tahapan
screening biasa dilakukan oleh HRD
untuk menyeleksi calon karyawan. Proses screening
ini merupakan tahapan paling awal dan mudah untuk menyeleksi calon karyawan. Screening artinya memilah dan memilih
resume pelamar dengan cara cepat. Dalam memilih resume pelamar harus dilakukan
dengan cermat dan teliti supaya pelamar terbaiklah yang berhasil dipilih. Namun
HRD terkadang hanya melihat sekilas dan sangat antusias saat menemukan resume
yang terlihat cukup menjangkau tanpa melakukan cross check terkait fakta dan kebenarannya.
2.
Melupakan
Kandidat Potensial dari Internal Perusahaan
Terkadang
HRD melupakan potensi orang di dalam perusahaan, ketika ada posisi yang kosong
langsung melakukan rekrutmen. Padahal posisi kosong tersebut dapat diisi oleh
karyawan yang sudah berkompeten di perusahaan. Sehingga akan memudahkan proses
adaptasi karyawan lama dalam melakukan pekerjaan tersebut.
3.
Rekomendasi dari
Atasan atau Rekan Kerja
Terkadang
lamaran kerja masuk dari atasan atau rekan kerja yang bekerja di perusahaan
tersebut. HRD terkadang merasa tertekan sehingga meloloskan kandidat yang
“direkomendasikan” dari atasan atau rekan kerja tanpa memperlihatkan kualitas
dari kualifikasinya.
4.
Menilai
Pengalaman Melebihi Kecerdasan
Pengalaman
atau kecerdasan tidak menentukan keberhasilan seseorang. Diperlukan kombinasi
pengalaman beberapa tahun di posisi yang sama dengan kecerdasan dalam diri
calon karyawan. sehingga HRD yang ahli dapat menemukan informasi selama
wawancara sedang berlangsung.
5.
Meremehkan
Pemeriksaan Referensi
Malas
untuk mengklarifikasi data yang diberikan pelamar atau mengajukan pertanyaan
yang sesuai dengan gambaran pelamar merupakan hal meremehkan dalam hal
referensi. Seharusnya lakukan program meneliti referensi untuk memperoleh
referensi internal dari calon karyawan.
6.
Tertarik Pada
Pembicaraan yang Baik
Jangan
hanya memandang kharisma dan pesona seseorang hanya dengan cara bicaranya.
Terus menggali rekam jejak yang dimiliki oleh calon pelamar dan lebih teliti
ketika pelamar mengucapkan kata kata dari mulutnya lalu cek konsistensi
pernyataan pelamar selama proses wawancara berlangsung.
7.
Tidak memberikan
Follow-up
Salah satu hal
yang sepele untuk dilakukan yaitu HRD sering mengabaikan untuk mem-follow up
kandidat calon pelamar yang sudah mendaftar. Lolos maupun gagal sebaiknya pihak
perusahaan memberikan kabar misalnya melalui telepon, email, atau whatsapp ,hal ini dilakukan supaya tetap
terjalin komunikasi yang baik dan juga menjaga image perusahaan di mata calon pelamar kerja.
Komentar
Posting Komentar